Tuesday, May 8, 2012

Sejarah Perkembangan CREDIT UNION (CU) Di Kalimantan Barat

Menyoroti keadaan bangsa Indonesia sekarang ini terutama bagi kaum miskin di Indonesia, kehidupan ekonomi sebagian besar masyarakat Indonesia berada dibawah standar dunia dengan pendapatan perkapita dibawah $1 per hari. Memang tidak dipungkiri ada banyak juga yang berpendapatan lebih dari itu namun jika dibandingkan dengan pendapatan masyarakat Indonesia pada umumnya, mereka hanya sekian persen nya dari penduduk Indonesia yang hidup nyaman sebagian besarnya susah.

Hari berganti hari, matahari selalu setiap hari melintasi kepala namun sebagian besar masyarakat Indonesia belum menemukan solusi terbaik bagi menyelesaikan krisi yang multi dimensi ini. Apa lagi yang mau diharapkan dari pemerintah? Semua nonsen, hukum, undang-undang, slogan yang indah-indah, semuanya palsu. Pemerintah hanya menumbuhkan iklim investasi sekala besar dan menutup mata untuk iklim investasi skala kecil dan mikro. Terbukti dengan makin berkembangnya bank-bank yang mengharapkan kucuran dana dari pemerintah sebagai respon terhadap kebutuhan masyarakat namun dalam kenyataannya sulit bagi masyarakat kecil untuk mendapat akses disana. Kapitalis telah merenggut segalanya dari diri kita. Tanah, air, udara sudah mereka miliki bahkan jiwa raga kitapun dibeli olehnya. Tidak sedikit para wanita yang raganya terbeli oleh karena kemiskinan. Banyak anak-anak menderita kurang gizi juga karena kapitalisme. Iklim investasi di Indonesia benar-benar milik kapitalis yang didukung oleh pemerintah dan aparat. CU tumbuh dan berkembang secara swadayapun mau dihancurkan pemerintah lewat berbagai jeratan undang-undang dan peraturan daerah. Nampaknya pemerintah Indonesia tidak senang dan tidak ingin rakyatnya aman sentosa dan sejahtera. Mereka mau melihat rakyatnya miskin dan menderita agar semakin banyak kuli-kuli yang dapat diperintah untuk kepentingannya. Melihat fenomena itu, ada baiknya kita melirik sedikit tentang kiprah CU dan bagainama masyarakat menjadi penentu bagi hidupnya sendiri.

Perjalanan CU Dari England Ke Kalimantan.

Credit Union (CU) atau Koperasi Kredit bukan barang baru lagi bagi masyarakat, CU justru sudah menjadi sebuah gerakan perekonomian rakyat yang terbukti mumpuni dalam membantu upaya keterpurukan masyarakat di Kalimantan Barat khususnya dan Kalimantan umumnya untuk dapat hidup layak. Gerakan CU di Kalimantan tersebut tersebut diinspirasikan oleh sejarah gerakan CU dunia.

Gerakan CU sebetulnya dimulai oleh para pekerja dan penenun Rochdale di England yang membentuk koperasi konsumtif secara demokratis pada tahun 1840. Kemudian pada tahun 1852 dan 1864, Hermann Schulze-Delitzsch and Friedrich Raiffeisen untuk pertaman kalinya mendirikan CU di Jerman. Ketika itu masyarakat Jerman dilanda krisis ekonomi akibat gagal panen. Kegagalan penen itu membuat para petani Jerman untuk mengadu nasib ke kota. Sebagian besar mereka bekerja sebagai kuli bagi kaum kaya dengan upah seadanya. Sebagian lagi membuka usaha dengan meminjamkan uang kepada kaum lintah darat atau rentenir.

Situasi dan kondisi petani Jerman yang demikian itu menggugah hati Friedrich Wilhelm Raiffeisen, Wali Kota Flammersfield. Karena itu, ia berusaha menghimpun dana dari para dermawan untuk menolong kaum miskin-melarat. Dana yang terkumpul dijadikannya sebagai modal usaha bagi kaum miskin-papa petani Jerman. Namun uang yang dibagikannya itu tidak pernah cukup karena penggunaannya tidak terkontrol. Raiffeisen kemudian mengumpulkan roti dari pabrik dan membagi-bagikannya kepada kaum melarat. Tetapi usaha ini pun gagal karena hanya menciptakan ketergantungan bagi kaum miskin.

Selanjutnya, Alphonse dan Dorimene Desjardins mulai mendirikan CU di LĂ©vis, Quebec pada tahun 1900-an. Tak lama setelah itu, Alphonse membantu Edward A. Filene dan Roy F. Bergengren mendirikan CU di Amerika. Kemudian, pada 17 Januari 1927, CU League of Massachusetts di Amerika Serikat merayakan hari libur pertama untuk anggota dan pekerja CU. Ditetapkannya tanggal 17 Januari tersebut karena hari itu bertepatan dengan hari ulang tahun Benjamin Franklin (1706-1790), yang dijuluki sebagai “the America’s Apostle of Thrift”. Para tokoh pioner CU Amerika juga meyakini bahwa Franklin adalah kehidupan dan ajaran ajaran yang terkandung di dalam semangat dan tujuan CU. Sebab itu, ketika F.D. Rosevelt menjadi presiden Amerika Serikat pada tahun 1934, CU mendapatkan legalitas perundang-undangan di Amerika.

Pada tahun 1948, CUNA (Credit Union National Association) Amerika Serikat menetapkan hari CU nasional yang baru, yakni pada hari Kamis ketiga bulan Oktober, yang pada tahun 2004 ini Kamis ketiga Oktober jatuh pada tanggal 21.

Dalam perjalanan selanjutnya, gabungan CU di USA membentuk Biro Pengembangan CU sedunia. Lalu, pada tahun 1971 Biro Pengembangan CU itu diresmikan menjadi Dewan CU sedunia, yang disebut World Cuncil of Credit Unions (WOCCU), yang berkantor pusat di Madison, Wisconsin – USA. Kini, yang tergabung di WOCCU ada 36. 901 CU, yang tersebar di 93 negara. CU-CU tersebut melayani lebih dari 112 juta anggota.

Salah satu CU yang sukses di dunia adalah CU ULGOR di Spanyol Utara. Dalam sejarahnya, CU ULGOR didirikan oleh Pastor Don Jose Maria Arizmendiarreta SJ bersama lima pemuda mendirikan CU di Mondragon, Spanyol Utara, tahun 1954. Kala itu di Mondragon angka pengangguran sangat tinggi dan tingkat pendidikan masyarakat sangat buruk. Masyarakat juga tidak memiliki cita-cita positif mengenai masa depan. Asset yang sedikit di derah itu menjadi rebutan rakyat. Lagi pula, sejak ratusan tahun daerah Mondragon merupakan daerah yang tidak mendapatkan perhatian dari pemerintah.

Atas dasar itu, Pastor Don Jose pun membuka sekolah magang industri. Di sekolah ini ia mengajar mengenai etika bagi pemuda yang hendak membuka usaha sendiri. Tapi sekolah tersebut justru membuat angka pengangguran semakin tinggi, hingga mencapai 20 % pada awal tahun 1950-an.

Tetapi Pastor Don Jose tak patah arang. Pada tahun 1955 ia pun mengundang lima pemuda, mantan muridnya untuk meminjam dana dari masyarakat. Mereka pun berhasil mengumpulkan dana sebesar $361.640. Dengan uang itu mereka membeli sebuah perusahaan pemanas minyak tanah Aladdin. Koperasi tersebut mereka namakan ULGOR. Dengan begitu, gerakan CU di Spanyol pun mulai berkembang.

Dalam perkembangannya, tahun 1956, ULGOR mempekerjakan 24 orang, tahun 1958 149 karyawan. Pada awal 1990-an, kompleks ULGOR telah mampu menampung 21.241 pegawai, yang juga sebagai anggotanya; memiliki seratus lebih usaha dengan nilai assets $ 2,6 milyar atau setara dengan Rp 7,8 triliun dengan kurs Rp 3.000/USD.

Gerakan koperasi kredit di Indonesia dan Kalbar

Di Indonesia, pada tahun 1955 sebetulnya sudah ada beberapa koperasi simpan pinjam. Namun WOCCU secara resmi diundang ke Indonesia baru pada tahun 1967. Kala itu, utusan WOCCU yang datang ke Indonesia memperkenalkan gagasan CU adalah Mr. A.A. Bailei. Kedatangan Bailei itu ditindaklanjuti dengan pendirian CU Counselling Office (CUCO) di Jakarta oleh Br. K. Albrecth Karim Arbei SJ. CUCO ini antara lain berfungsi memberikan konsultasi, menyediakan bahan dan program pelatihan, menyelenggarakan kursus-kursus, menyebarkan informasi serta merintis Badan Koordinasi Koperasi Kredit.

Selanjutnya, insan koperasi kredit Indonesia mengadakan Konferensi Nasional Kopdit di Ambarawa, Jawa Tengah tahun 1976. Pada Konferensi Nasional tahun 1981 terbentuklah Badan Koordinasi Koperasi Kredit Indonesia (BK3I). Robby Tulus terpilih sebagai ketuanya.

Gerakan koperasi kredit atau CU akhirnya sampai pula ke Kalbar. Kadatangan CU ke Kalbar ini bermula dari kursus dasar Kopdit di Nyarumkop dan Sanggau, yang diselenggarakan oleh BK3I pada tahun 1975. Dari itu kemudian berdirilah CU Lantang Tipo di Bodok, CU di Batang Tarang dan di Kuala Dua. Tetapi ketiga CU tersebut berkembang sangat lamban sehingga diadakanlah kursus dasar di Pontianak pada tahun 1985 atas prakarsa PSE Keuskupan Agung Pontianak (KA Pontianak) kala itu dimotori oleh Pius Alfred dengan menghadirkan fasilitator H. Woerwanto dan Th Trisna Ansali dari BK3I. Kursus dasar kali ini melahirkan CU Khatulistiwa Bhakti (KB) Pontianak. Kala itu CU KB dijadikan sebagai Kopdit laboratorium atau tempat belajar.

Seiring perjalanan waktu, CU KB terus berkembang. Pelatihan-pelatihan yang diprakarsai oleh Delsos (PSE sekarang) menumbuhkan 5 CU lainnya di Kalbar termasuk CU Pancur Kasih yang ditumbuhkan oleh Yayasan Karya Sosial Pancur Kasih. Maka terbentuklah BK3D Kalbar yang diketuai oleh AR. Mecer masa kerja 1988 – 1990 dan diresmikan pada tanggal 28 November 1988 yang didahului dengan rapat koordinasi di Delsos KA Pontianak. BK3D Kalbar terbentuk sebagai wadah koordinasi CU-CU di Kalbar.

Dibawah pimpinan AR. Mecer BK3D Kalbar saat itu mengalami perkembangan sangat pesat. Pada masa perkembangan berikutnya AR. Mecer digantikan oleh Pius Alfred. Di bawah pimpinan Pius Alfred, kegiatan BK3D Kalbar mengalami kemunduran. Hal ini disebabkan karena KA Pontianak tidak mendukung, bahkan meminta kegiatan CU tidak menggunakan fasilitas Gereja. Hal lain adalah waktu ketua BK3D waktu itu banyak tersita oleh proyek lain hingga tidak fokus untuk CU. Dengan berakhirnya masa jabatan Pius Alfred, ketua berikutnya dijabat lagi oleh AR. Mecer hingga sekarang.

Kini, CU semakin berkembang pesat di Kalbar, bahkan menjadi trend di Kalimantan. CU-CU tersebut berada di bawah naungan BK3D Kalimantan Barat.
                                                  (Sumber : http://kerubinus.com/)
Baca Juga !

1 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More