Kepindahan atau mobilitas penduduk menuju negara tetangga atau sebaliknya adalah hal biasa yang terjadi pada masyarakat di perbatasan sejak dahulu. Penyebabnya dapat karena dorongan atau motivasi budaya, sosial, maupun ekonomi. Mobilitas itu dapat bersifat sementara, namun ada pula yang bersifat permanen, misalnya penduduk yang bermigrasi menjadi warga negara tetangga sebagaimana disebutkan di atas.
Di Kalimantan Barat, ditinjau dari sisi keamanan perbatasan dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sering kali pasukan penjaga perbatasan menemukan kenyataan bahwa patok perbatasan telah bergeser atau hilang. Selain itu, di kawasan perbatasan terdapat banyak jalan tikus yaitu jalan untuk menuju negara tetangga tanpa melalui pos perbatasan lintas batas. Selanjutnya ditinjau dari sisi demografi sosial di perbatasan, mobilitas sering terkait dengan kegiatan ilegal termasuk penyelundupan, perdagangan barang haram, dan pembalakan liar yang menguntungkan pihak asing.
Tidak dapat diabaikan, di daerah perbatasan ini pada umumnya penduduknya miskin dengan tingkat pendidikan yang relatif rendah. Pada umumnya masyarakat yang kurang sejahtera akan lebih mudah dipengaruhi pihak lain. Bagaimanapun, dilihat dari perspektif pembangunan wilayah, wilayah perbatasan memiliki nilai strategis yang mendukung keberhasilan pembangunan nasional. Karakteristik kegiatan yang berlangsung di wilayah perbatasan ini, baik darat maupun laut mempunyai dampak penting bagi kedaulatan NKRI. Wilayah perbatasan dapat merupakan faktor pendorong bagi peningkatan kesejahteraan sosial ekonomi bagi masyarakat yang berada di sekitar perbatasan. Selain itu, memiliki keterkaitan yang dapat saling memengaruhi dengan kegiatan yang dilaksanakan di wilayah lainnya yang berbatasan dengan NKRI.
Hal penting lainnya adalah wilayah perbatasan itu mempunyai dampak terhadap kondisi pertahanan dan keamanan, baik pada skala regional maupun nasional. Dijelaskan,problem di Kabupaten Sanggau —(lihat Bappenas, rencana induk pengelolaan batas negara). Di sisi lain, dampak positif mobilitas pelintas batas, bagi pembangunan daerah, salah satunya adalah meningkatnya potensi kegiatan perdagangan di wilayah ini. Kegiatan perdagangan tersebut dapat meningkatkan kualitas penduduk dan pembangunan wilayah secara nyata (Aswatini, 1996). Untuk meningkatkan hal itu, masyarakat di pedalaman perlu memiliki akses ke pusat kegiatan tersebut dan upaya meningkatkan kualitas produk yang mereka hasilkan.
Pemetaan potensi sumber daya manusia dan sumber daya alam merupakan hal dasar yang perlu dilakukan sebelum proses pemberdayaan masyarakat dengan berbasis pengetahuan lokal dilakukan. Penanaman ide mengoleksi kekayaan adat dan pengetahuan di rumah adat mereka dan menjadikan rumah adat tersebut sebagai pusat pembelajaran masyarakat, pusat pengetahuan dan pendidikan, serta pengembangan pengetahuan lokal diasumsikan dapat mempercepat proses kemandirian masyarakat tersebut. Pola pemberian bantuan saja tanpa mendorong masyarakat untuk memiliki keinginan untuk maju akan menjadikan masyarakat menjadi bergantung pada bantuan.
Membangun SDM merupakan hal penting dan mendasar yang harus dilakukan dan melestarikan SDA yang menjadi tumpuan kehidupan mereka menjadi prasyarat penting bagi daerah Semongan. Kapasitas teknologi yang dibangun di kawasan itu berdasarkan kapasitas lokal dan penguatan pengetahuan yang telah mereka miliki diyakini dapat meningkatkan semangat masyarakat untuk maju dan mandiri.
Pembangunan di daerah itu yang melibatkan lebih dari 10 departemen dan kementrian yang dimotori Depsos perlu mendapat dukungan.
Terakhir, sumber daya manusia dan kemampuan untuk meningkatkan kapasitas ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) menjadi tumpuan kekuatan suatu bangsa. Sebagai ilustrasi adalah banyak negara yang minim sumber daya alam, namun karena SDM dan iptek yang dimiliki, mereka dapat bertahan dan bahkan menjadi lebih unggul daripada negara lain yang kaya akan sumber daya alam. Hal itu telah dibuktikan Korea, Jepang, dan China. Demikian juga Taiwan dan Vietnam mampu mengejar ketertinggalan mereka dari negara Barat. Kemajuan ekonomi mereka tumbuh berkat strategi dalam membangun kapasitas iptek dan SDM-nya.
Baca Juga !
ARTIKEL
- Masyarakat Dayak Ingin Diperhatikan Lebih
- Kalau DPR Kompak, Kemendagri Siap Membahas DOB
- Pakai Dana Desa, Kades Diawasi BPK
- Menko Puan: 5.000 Puskesmas Siap Dibangun di Perbatasan
- Dana Desa Senilai Rp 1,4 Miliar Diperkirakan Cair Mulai April 2015
- Kembangkan Teknologi Pedesaan
- Ratusan Desa Belum Teraliri Listrik
- Tidak Ada Pemulihan,Hutan Indonesia akan Hancur
- Hancurnya Sumber Penghidupan Masyarakat
- Mengenal Kalimantan Barat
- Kepemimpinan Putra Daerah (Orang Dayak) Di Kalimantan Barat
- Sejarah Perkembangan CREDIT UNION (CU) Di Kalimantan Barat
- Investor Wajib Bawa Misi Kesejahteraan
- Memajukan Desa Tertinggal
- Bongkar Korupsi Perkebunan Sawit Kalbar
- Banyak Pemuda Malas Bertani Karena Mimpi Kejar Posisi PNS
- Lemahnya Infrastruktur Desa, Hambat Investasi
- Bank Mandiri Salurkan Kredit Perkebunan Rp2,23 Triliun
- Memberdayakan Kearifan Lokal Bagi Komunitas Adat Terpencil
- Hutan Kalimantan Paru - Paru Dunia
- Kesejahteraan Rakyat Acap Tersisihkan
- Tindak Perusahaan Caplok Hutan Lindung
- Perusahaan Perkebunan Harus Menghormati HAM
- Ubah Pengelolaan Pedesaan untuk Atasi Kemiskinan
- Alih Fungsi Hutan Kalimantan Barat Bermasalah, Pemerintah Diminta Tegas
0 comments:
Post a Comment